Menegakkan Persatuan yang Solid adalah Ciri Utama Keimanan

Spread the love
DSC_0218
Oleh Ustadz Al Mansur Hidayatullah – Ketua DPD PKS Jaksel

Dari Abu Mas’ud , ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Luruskanlah (shaf kalian) dan janganlah bercerai berai sehingga akan tercerai berai hati kalian”(Hadits Riwayat Muslim).

Hadits ini memperlihatkan larangan Rasulullah agar umat Islam tidak bercerai berai. Dan sesungguhnys Islam tidak akan mudah dicerai-berai, diadu domba antara golongan yang satu dengan yang lain. Budaya berjamaah dan juga bersatu harus bisa menjadi ruh dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Al Qur’an, Allah SWT juga berfirman :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”  (Qur’an Surat Ash-Shaff : 4)

Imam Al Qurthuby meriwayatkan bahwa ayat di atas turun ketika para sahabat bertanya: “Seandainya kami tahu amal yang paling Allah cintai niscaya kami akan melakukannya” ,  lalu turunlah ayat di atas.

Dari firman Allah di atas: innallaaha yuhibu nampak bahwa Allah SWT benar-benar sangat mencintai barisan yang solid.

Perhatikan Allah mengkaitkan cinta-Nya dengan soliditas barisan. Bahwa untuk meraih cinta Allah SWT seorang hamba harus bersatu dengan saudaranya. Tidak boleh saling menjatuhkan, menjelekkan hanya karena perbedaan fikih atau ormas.

Karenanya kita menemukan contoh-contoh yang sangat mengagumkan dari tradisi para ulama, bahwa mereka sekalipun berbeda mazhab fikih, mereka saling menghormati di antara mereka.

Imam Syafi’i tidak membaca qunut ketika menjadi imam di tengah masyarakat yang bermadzhab Hanafi. Ketika ditanya mengapa ia tidak membaca qunut, padahal baginya sunnah muakkadah dalam shalat subuh, Imam Sya’fii menjawab, “Aku menghormati pendapat Imam Abu Hanifah.”

Perhatikan, betapa para ulama bedar benar-benar memahami bahwa perbedaan fikih tidak boleh menyebabkan lahirnya perpecahan dan juga permusuhan, bahkan harus saling menghormati antar satu dengan lain. Ini antara berbagai madzhab, bahwa solidaritas keumatan itu harus ditegakkan.

Pada akhir ayat di atas, Allah SWT  berfirman: ka’annahum bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang kokoh).

Bangunan yang tegak dan kokoh akan terjadi jika batu batanya tidak rapuh dan kualitas pasir dan semennya baik. Kemudian bahan-bahan bangunan tersebut bukan hanya baik secara individual melainkan harus bisa disinergikan dengan bahan-bahan lainnya. Bangunan juga dikatakan kokoh bila dapat bertahan lama, dan tidak mengalami kerapuhan di tengah musim apapun panas atau hujan.

Di Indonesia ini perbedaan paham dan kepentingan sesama umat Islam harus dibarengi dengan  jiwa toleransi tinggi jika tidak maka akan memperlemah umat. Saling tuding ekstrim dan radikal dapat menjadi pemicu. Pilpres dan Pemilu sering menjadi ajang belah bambu kaum muslimin, satu sama lain tidak jarang saling berseberangan dan berhadapan. Sulit dibangun ukhuwah umat yang kohesif.

Memang secara normatif jargon ukhuwah atau persatuan dan kesatuan umat Islam mudah didengungkan, tetapi begitu masuk pada arena pesta demokrasi semuanya seperti hilang. Problem politik klasik umat ini makin diperparah oleh umat Islam yang lemah di bidang ekonomi. Sebagian besar umat Islam masih tergantung pada pihak lain dan menjadi sumber objek penderita dalam banyak hal. Sebagian gampang tergiur proyek dan kepentingan pihak lain. Karenanya sering mengikuti irama sang broker, yang tidak segan menyudutkan sesama umat Islam. Akibatnya makin lengkaplah agenda melemahkan posisi dan peran strategis umat Islam selaku mayoritas yang mandiri dan berkemajuan.

*) Disampaikan di hadapan sebagian kader pada agenda rutin rembug reboan di DPD PKS Jaksel, 29 Nov 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *