Dr. Agus Setiawan : “Bangun Soliditas, Wujudkan Kemenangan”

Spread the love

DR-Agus-SetiawanDisampaikan dihadapan 200-an orang kader PKS Srengseng Sawah pada Halal Bihalal, 7 Agustus 2016

★ BANGUN SOLIDITAS
Dari sirah kita sering teringat dengan peristiwa perang Uhud. Namun dalam ‘ketidak mulusan’nya, lisan kita sering lancang mengatakan 2 hal ini:
1. “Di perang uhud, kaum muslimin mengalami kekalahan besar”
2. “Kekalahan itu terjadi *karena* pasukan pemanah turun dari bukit”

Kedua hal di atas menjadi tidak benar, karena kaum muslimin saat itu : SOLID.

Bagaimana kok bisa dikatakan solid? Padahal dalam peristiwa itu paman tercinta dan pelindung Rasul, Hamzah menemui syahidnya dan jasadnya pun sempat dihinakan? Batalion Quraisy yang dipimpin Khalid juga berhasil menyerang dari balik Bukit Uhud sehingga pasukan muslim kocar-kacir?

Sahabat Thalhah pun telah divonis syahid meski kemudian masih hidup, setelah menjadi tameng Rasul dari serangan pedang dan panah – panah Quraisy? Rasul SAW mulia pun patah giginya dengan luka yang tidak sedikit? Padahal semalam sebelumnya Rasul bermimpi (mendapat wahyu) mengenai medan uhud yang akan berubah menjadi medan berdarah, sedangkan kesepakatan syura kaum muslimin mengatakan, “mari kita maju, bukan bertahan di Madinah”?

Bahwa dua kalimat lancang yang kita sering utarakan dalam majelis – majelis ilmu itu dibantah dengan tidak adanya satupun riwayat hadits yang menunjukkan *kemarahan sahabat pasukan penjuru depan kepada para shahabat pasukan pemanah di atas yang khilaf untuk kemudian menuruni bukit*. Tetapi kita-kita ini lancang menunjuk para pasukan pemanah dan mengkategorikan peristiwa uhud sebagai kekalahan besar.

Semuanya dapat menerima sebab kekalahan tersebut, dan mereka kemudian pulang dan tiada perpecahan untuk kembali memperbaiki serta membangun kekuatan untuk pertempuran – pertempuran selanjutnya.

Sementara pada perang Badar sebelumnya, ada peristiwa “keburukan akhlaq” para sahabat atas pembagian ghanimah perang Badar, hingga turunlah surat Al Anfal; ayat 40. Dalam ayat tersebut ada tarbiyah dari Allah tentang hakikat sebenarnya dalam kejadian pasca Badr ini. Hingga di ayat ke-41 yang kemudian baru menerangkan tata cara pembagian ghanimah, apa yang terjadi?

Para sahabat berkata, “Kami sudah tak berselera mengenai rampasan perang itu.” Kuncinya apa? Yaitu di ayat awal: “Bertaqwa kepada Allah, dan perbaiku hubungan kepada sesama kita (atas perselisihan macam apapun yang terjadi diantara kita).

Apakah yang disebut kemenangan?  kemenangan itu pada kalah-menangnya secara dzohir seperti uhud yang tetap solid, atau badar yang rebutan ghanimah. Menang adalah ketika kita solid, kompak, bergerak, dan tidak ada saling salah-menyalahkan dalam perjuangan

Dari inspirasi di atas, kalau kita renungkan, benarlah kalimat ini: “Tidak ada tempat, bagi yang cepet ngambek di barisan dakwah ini”

Juga inspirasi ayat 77 pada Surat Yusuf, saat ada diantara saudara tiri Bunyamin yang mengait-ngaitkan kasus pencurian dengan “Ya gitu lah (Bunyamin), kayak abangnya (Yusuf) dulu..”. Tasyaffi’  atau nyeletuk itulah merupakan sifat buruk yang berinang pada diri kita karena berkembangnya tendensi rasa tidak suka yang terpupuk lama. Setiap setiap ada kesempatan sekecil apapun, ditumpahkanlah rasa iri, dengki, dan seterusnya  dengan celetukan  celetukan ‘ringan’ tapi menyayat hati itu.

★ STRATEGI KEMENANGAN
Yakinilah segala sesuatu (baik-buruk, menang-kalah, bahagia-sedih, dan seterusnya) hanya datang dari Allah. Inspirasi Nabi Musa AS: “Qaaala inna ma’iya rabbi sayahdiin”, saat Bani Israil yag khawatir dan berkata “Kita pasti akan tersusul (pasukan Fir’aun),”

Pada saat tertekan, kita diinspirasi Rasul bukan hanya optimis, tapi obsesif. Saat dikepung mega-pasukan Ahzab, dalam suasana tidak menentu menggali parit/khandaq, beliau justru bukan hanya meyakinkan muslimin akan mengalahkan musuh yang di depan mata ini. Tapi juga dimotivasi bahwa kaum muslim akan menaklukkan Kisra Persia dan kekaisaran Romawi

Hasan Al Banna mengatakan bahwa yang ditakutkan bukanlah serangan musuh eksternal, tetapi saat dalam barisan dakwah terjadi friksi diantara anggotanya dan juga cinta dunia hingga berlalulah kesempatan-kesempatan hingga akhirnya semua anggota menyesalinya.

Al Qur’an surat Al hujurrat: “Innamal MU’MINUUNA ikhwah” mengingatkan kepada kita bahwa kadar berukhuwah kita adalah sejauh mana kadar ke-mukminan kita. Kalau kita sering merasa barisan atau organisasi ada penurunan ini itu, cek dulu parameter ukhuwahnya yaitu iman. Salah satunya dari indikator harian.

Jangan kalah dengan burung hud hud yang bisa membidik sekecil apapun peluang di negara maju dan makmur seperti Saba’, ingat Nahnu du’at qabla kulli syai’.

Kita ingat perang Qadishiyah, ada seseorang yang memikirkan strategi agar kuda kaum muslimin tidak takut dengan gajah2 pasukan persia. Para sejarawan tidak ada yang bisa menyebutkan siapa tepatnya shahabat yang punya ide brilian membuat gundukan patung gajah untuk melatih keberanian kuda – kuda mereka. Inspirasinya: kunci keberhasilan bisa jadi datang dari inisitif brillian yang kadang datang dari yang bukan siapa – siapa, “Kerja tidak usah nunggu disuruh, proaktiflah.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *