Mengenang Almarhum Guru Kami, KH Abdur Rasyid Abdullah Syafi’ie

Spread the love

Masih hangat dalam memori kami, Januari dua tahun yang lalu, dalam sebuah momen Maulid Nabi Muhammad Saw yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pimpinan Perguruan Islam As Syafiiyah, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie juga hadir dalam puncak peringatan Milad PKS di Sentul International Convention Centre (SICC), Bogor, Jawa Barat, Mei 2018.

Pimpinan Perguruan Asy-Syafi’iyah KH Abdur Rasyid Abdullah Syafi’ie sering menasehati kami tentang pentingnya kalimat tauhid. Tidak jarang juga dalam sambutannya, Kyai Rasyid mengajak seluruh anggota PKS untuk mengenang Sang Murobbi, Ustadz Rahmat Abdullah (almarhum). “Beliau adalah murid ayahanda almarhum KH Abdullah Syafi’ie sekaligus alumni As Syafiiyah,” ungkapnya.

Kyai Rasyid sering menjelaskan bahwa kita dianjurkan mendoakan dan mengingat jasa para pendahulu. “Sebut olehmu kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan para pendahulu termasuk ayah ibu kita, wajib kita Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua),” jelasnya.

Beliau juga tidak mau dipusingkan dengan masalah furu’iyah. “Dalam situasi sekarang ini,  tidak ada jalan lain, umat Islam harus bersatu. Pegang teguh ukhuwah Islamiah,” ujar adik kandung almarhum Hj. Tuti Alawiyah ini.

Kyai Rasyid adalah putra seorang tokoh besar (KH. Abdullah Syafii), Beliau tumbuh besar dalam didikan sang tokoh besar. Namun, ia bukan tipe seorang yang berleha-leha dengan menyandarkan diri di balik bayang-bayang nama besar sang ayah. Lewat berbagai aktivitas dakwah yang ia tekuni sejak muda dengan penuh kesungguhan dan tak mengenal lelah, nyatanya kini ia mendapat tempat istimewa di hati umat, khususnya di kota Jakarta.

Umat Islam akhir-akhir ini banyak dirundung duka, dengan ragam cobaan dan musibah. Satu diantara cobaan itu adalah wafatnya beberapa Ulama mu’tamad (ulama rujukan umat) yang setiap saat hadir sebagai lentera di tengah kegelapan yang menyelimuti kehidupan dunia saat ini. Kematian seorang alim itu adalah musibah yang tak tergantikan, lubang yang tidak dapat ditambal. Wafatnya seorang alim bagaikan bintang yang padam.  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *